Di dunia media yang sering penuh dengan cerita tentang konflik dan perpecahan, penulis Jepang terkenal Makoto Yukimura, kreator manga Vinland Saga, justru mengangkat tema tentang memaafkan dalam karyanya yang epik.
Meskipun bukan seorang Kristen, Yukimura berbagi cerita tentang bagaimana Alkitab memengaruhi karyanya dan bagaimana tema pengampunan menjadi inti dari Vinland Saga, dalam sebuah wawancara terbaru dengan Le Figaro.
Tema ini bukan sesuatu yang sengaja dipaksakan, tapi berkembang secara alami saat Yukimura mencoba menggambarkan masyarakat dengan nilai-nilai yang jauh berbeda dari yang ia yakini.
Vinland Saga bercerita tentang perjalanan hidup Thorfinn yang penuh perubahan, berlatar belakang Eropa era Viking yang keras dan penuh kekerasan.
Yukimura menggambarkan bagaimana brutalnya kehidupan Viking dengan sebuah kisah nyata. Dalam sebuah jamuan makan, hanya karena ada minyak dari janggut yang dianggap menempel di cangkir minum bersama, pertengkaran kecil itu langsung berujung pada kekerasan yang mematikan.
Kisah ini menunjukkan betapa kuatnya budaya "petarung" di zaman itu, yang menjadi dasar bagi Vinland Saga untuk mengeksplorasi jalan lain selain kekerasan.
Di tengah dunia yang dipenuhi peperangan, tema pengampunan dalam cerita ini terasa sangat kuat. Salah satu contoh terbaiknya adalah Hild, seorang wanita yang akhirnya bisa memaafkan Thorfinn, meskipun dia telah membunuh ayahnya. Karakter Hild menjadi simbol perubahan dan pengampunan, sesuatu yang menurut Yukimura juga selaras dengan ajaran Alkitab.
Meskipun Vinland Saga banyak mengutip Alkitab, Yukimura mengatakan bahwa ketertarikannya pada Alkitab lebih karena rasa ingin tahu pribadi, bukan karena keyakinan agama.
Ia menjelaskan, "Saya merasa pesan tentang cinta dan pengampunan di dalamnya benar-benar luar biasa. Saya juga berpikir bahwa penyebaran agama Kristen saat itu mungkin membantu meredam sifat suka berperang."
Thorfinn, yang awalnya hanya hidup untuk balas dendam, mengalami perubahan besar dalam hidupnya. Pada akhirnya, ia memilih jalan damai dan ingin menciptakan dunia tanpa kekerasan. Tapi sebelum bisa mencapai itu, ia harus lebih dulu menghadapi kenyataan bahwa kekerasan itu rumit dan penuh kontradiksi.
Ia menjelaskan bahwa "menolak kekerasan karena prinsip itu beda dengan menolaknya karena sudah benar-benar memahami seperti apa kekerasan itu." Dalam kasus Thorfinn, dia harus mengalami kekerasan secara langsung agar bisa benar-benar memahami betapa berharganya perdamaian dan pengampunan.
"Agar Thorfinn bisa menjadi seorang pasifis yang memilih menyelesaikan masalah tanpa kekerasan, dia harus benar-benar yakin dengan pilihannya," kata Yukimura. "Saya benci kekerasan, tapi saya juga sadar bahwa bagi sebagian orang, kekerasan itu bisa terasa menarik… Tapi saya bertanya pada diri sendiri, bagaimana saya ingin menggambarkannya? Haruskah saya menghilangkan unsur estetisnya, atau justru menampilkan kekerasan dalam bentuknya yang paling brutal?"
Pandangan Yukimura yang dalam soal kekerasan membuat tema pengampunan di Vinland Saga terasa lebih berbobot. Seperti yang terlihat dari perjalanan Thorfinn, pengampunan bukan sekadar solusi yang simpel atau idealisme belaka, tapi pilihan yang sulit dan sangat penting, yang lahir dari pengalaman pahit dan kenyataan hidup yang brutal.
Yukimura menyoroti betapa pentingnya pengampunan di zaman sekarang, "Dunia saat ini butuh pengampunan lebih dari sebelumnya, tapi sayangnya, sering diabaikan atau malah dianggap remeh."